Langsung ke konten utama

Seharusnya

Seharusnya saya tidak menulis tentang kamu lagi, walau kenyataanya kamu penuh imaji yang ingin saya tuangkan lewat tulisan terus-menerus. Layaknya candu, saya ketagihan.

Seharusnya juga saya tidak mementingkan kamu lagi pun saya tidak amat penting jua untukmu.

Seharusnya juga saya tidak menunggu pesan singkat darimu lagi, yang nyatanya secepat mungkin saya membalas, selama itu pula kamu membalas.

Seharusnya juga saya menahan diri untuk tidak (terlalu) senang, saat kamu bilang ingin menelpon tapi ternyata tidak.

Seharusnya saya tahu diri.
Seharusnya saya tidak dititik ini, sendirian.
Seharusnya pula saya pergi.

"Lebih baik saya kehilangan kamu, daripada saya kehilangan diri saya sendiri."
Begitu.

Seandainya kamu baca tulisan ini seperti sebelum-sebelumnya tolong jangan bertanya tulisan ini untuk siapa, kamu hanya cukup tau semua yang saya tulis ini untukmu.
Saya pamit.


Salam,

quin-n

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pintar Bersama : MAKALAH DALIL RANTAI ATAU ATURAN RANTAI DALAM TURUNAN

MAKALAH DALIL RANTAI ATAU ATURAN RANTAI DALAM TURUNAN Disusun oleh: Dewi Martiwi Radiyanti (1522390141) Dosen Pembimbing: Ruruh Wuryani, S.Si, MM STMIK RAHARJA KOTA TANGERANG Jl. Jendral Sudirman No. 40 Modern-Tangerang, Banten 15117 Telepon : 021-552-9692, 021-552-9586 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang   Dalil Rantai atau Aturan Rantai dalam Turunan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ruruh Wuryani S.Si MM, selaku Dosen mata kuliah Kalkulus yang telah memberikan tugas ini kepada saya.        Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan tentang Dalil Rantai dalam Turunan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh ...

Cerita Remeh : Hai, untukmu

Menjauh tanpa sebab. Oh maaf, maksudku karena kesalahanku ya? Aku selalu ingat, waktu yang mengingatkan. Aku hampir lupa, kapan terakhir kita berbincang? Membunuh waktu dengan selalu bercerita tanpa henti. Selalu tertawa luas karena kita yang punya sekolah, menurutmu. Calon anak sukses,   calon istri pilot tampan, menjalin hubungan sampai kelak, khayalan tingkat tinggi itu yang selalu mengingatkan ku padamu. Haru, tak sangka akan seperti ini. Sikap kekanak-kanakkanku di waktu itu selalu berujung penyesalan tiap larut malam. Maaf. Aku selalu meminta maaf bukan? Hanya aku takut untuk memulai percakapan, aku terlalu payah untuk menerima aku tak terlalu paham denganmu lagi. Apalah aku, seorang teman yang lebih mementingkan ego, dan malu untuk bercerita apa sebab ku diam. Aku cemburu. Sudah hanya itu, kau pasti tau alasan tentang itu.

Pintar Bersama : Program C++

Source Code C++ #include <iostream> using namespace std; int main () { A:             int urut,pilih,A,B,C,D,E,F,G;             char ulang, nama[30][10]={"Agung    ","Dimas     ","Abdul     ","Tiwi     ","Risky     ","Gita     ","Narti      ","Ari    ","Ridwan    ","Irgi     "};             int tgl[10] = {2,16,7,4,9,20,8,12,6,3};             int bln[10] = {2,9,7,10,4,2,8,3,11,5};             int thn[10] = {1998,1997,1999,1996,1997,1995,1996,1998,1997,1999};             cout<<"||...