Langsung ke konten utama

Postingan

Maret Tanggal Tujuh

Hari ini dibuka dengan ayam kecap, hadiah yang selalu Ibu berikan setiap pergantian usia saya.  Ucapan keriaan sebentar di rumah. Lalu berhenti setelah beberapa lama.  Saya memang sedang berhenti mengakses laman media sosial, kecuali twitter, tentu saja. Ucapan datang dari orang terdekat, dari semua aplikasi percakapan instan, dan media sosial.   Sejatinya, saya ingin hari ini jauh lebih panjang. Mendengar dan mengaminkan berbagai doa baik sangat menyenangkan. Beberapa kali saya menangis. Doa yang tidak diucapkan langsung pun terasa begitu magis.  Kembali ke belakang, tahun kemarin memang terasa berat. Perkuliahan yang akhirnya tuntas, dilematis pekerjaan, dan romansa yang menguras emosi.  Tapi akhirnya saya harus berterimakasih kepada diri sendiri. Hebat. Kuliah kamu selesai. Mimpi kamu dari jendela Busway itu terwujud. Kamu ada dalam pertemanan yang baik. Keranjang belanja online Ibu kamu bayar.  Kamu sudah sejauh ini. Kita melangka...
Postingan terbaru

Untuk Tuan

Dengan segala romansa, dan hal-hal tentang seseorang. Saya mengunjungi kotamu, Tuan.  Ini yang pertama; untuk alasan khusus. Rencana tak ada, hanya tekad dan harap agar berjalan dengan semestinya.  Tiba di kotamu, saya langkahkan kaki keluar peron dari stasiun besar itu.  Nasi goreng, mie kocok, mie ayam langsung menghantam saya dan alarm kelaparan bunyi tepat di halaman stasiun.  Perjalanan baru dimulai.  Semesta, tolong kejutkan saya.  Pukul 9 malam. Betul katamu -- kotamu selalu dingin, dengan baju yang cukup tebal untuk menahan angin masuk tubuh saya, saya keluar mencari makan untuk bekal tidur lelap, nasi goreng for the rescue!  Esok langkah ini lebih jauh dari rumah.  Ingatan akan lebih kuat untuk merekam apa-apa yang tidak bisa ditangkap kamera.  Tiba di kotamu ini untuk apa, Tuan?  Baca judul dengan keras. 

Baris Pertama

"saya tidak akan melupakan" sebaris teks itu saya temukan di instagram stories milikmu. beberapa hari yang lalu. entah, saya tak ingat jelas apa yang kamu tulis, setidaknya saya hanya ingat itu. saya menyesal telah membacanya. saya menyesal pula telah membuka laman pribadimu (yang selama ini sebisa mungkin saya hindari) semalaman kemarin saya susah tidur. itu untuk siapa. itu untuk siapa. itu untuk siapa. itu untuk siapa. tidak, saya tidak memikirkan yang saya tulis di atas kalimat ini. mikirin, ding. sedikit. sedikit sampai akhirnya tidak tidur. esoknya saya menantang diri sendiri bilang halo namun sapaan saya tak tepat waktu, terlalu larut, kamu yang sudah terlelap lalu bangun untuk satu menit yang diakhiri dengan "daaaah, besok pagi aja ya!" namun tidak ada tidak ada pagi itu untuk saya tidak ada panggilan dari kamu cukup usai sebelum memulai. menyedihkan. tapi itu benar. kita menyerah. eh atau hanya saya? karena kamu sudah terlalu para...

Di Tenda Nasi Goreng

Hujan, di mobil ternyata tidak langsung mengantar saya ke kosan. Kamu memang menyebalkan. Alih-alih menjemput saya dari Stasiun dengan persiapan matang. Saya kira saya bisa langsung tidur di seat kiri dan mendengarkan lagu pengiring lewat radio mobil. “KENAPA SIH GA DICEK SEBELUM JEMPUT AKU, KAMUTU YA RESE” “Saya mana tau, saya cek sebentar ya. Kamu di dalam saja. Di luar gerimis" Anggukan saya isyarat setuju. Padahal baru beberapa menit keluar dari Stasiun Hall, iya saya ke Bandung ada beberapa hal yang harus saya urus disini. Ternyata perkara habis bensin, rasanya ingin marah namun tertahan karena alasan sudah dijemput saja saya sudah bersyukur daripada saya harus naik angkot sampai kosan malam-malam. akhirnya setelah 30 menit Ia datang dengan bensin dibotol besar kemasan air mineral ternama. “Beli bensin di Tangerang ya?” “Ke Tangerang ga cukup setengah jam dari sini ai kamu” “Kenapasih ngebales terus, udah tau salah” “Gausah manyun gitu jelek, udah selesai kok. Maa...

Di Galeri

Sore hari, jam tiga lebih lima belas menit. Kami bertemu di Galeri, dalam satu rombongan tour publik. Sepanjang tour , terlihat sesekali Ia mencuri pandang. "terimakasih atas perhatian dan kunjungan anda, selamat menikmati." ucap tour guide yang memandu kami saat itu. "sendiri?" seperti berbisik, pandangannya lurus menuju saya "kebetulan iya" saya jawab singkat "kebetulan sama" sambungnya Saya tersenyum, dan kemudian kami sama-sama tertawa kecil. "suka ke galeri?" "lagi bosen aja, butuh distraksi" "betul banget, ini tempatnya" "ha ha ha, lagi bosen?" "kehidupan kantor yang memaksa para karyawan untuk bekerja 9 to 5 setiap minggu dikurang dua hari, bosen juga" "oh, budak korporat?" " aren't we all ?" "oh engga dong, sori gue baru lulus" "...dan akan menjadi?" "budak korporat hahaha..." tawa kami terdengar ke penjuru lorong...

WhatsApp Stories

Malam ini ada yang berusaha mengusik saya. Saya coba rasakan lagi, mungkin karena lelah atau banyak pikiran. Saya acuhkan, "nanti juga hilang sendiri" gumam saya dalam hati. Satu jam, Dua jam, Saya buka lagi instagram yang sudah lama ingin saya jauhi itu. "satu stories saja ah ndak usah banyak-banyak liatnya" Sampai saya lihat instagram stories kamu. Saya tutup, saya buka, tutup, buka, tutup buka laman instagram saya. "tidak boleh, jangan buka" "satu mungkin tak apa" "jangan, jangan buat dia menjadi candumu lagi" "tutup, log out sekarang" "deactived saja sekarang" Isi kepala saya penuh sekali. Ibu jari saya pun ikut berperan, adegan kepencet benar adanya. "oh cuma gini aja" sambil menahan layar handphone sesekali Sedetik kemudian saya baru menyesali kenapa bisa kepencet. Aduh, nona! He's fine, dia baik-baik saja. Tidak seperti saya, sedang rindu. Sampai.... di whatsapp stories....

Untuk Semua Orang

"kesepian, mematikan." begitu ucap semua orang. Makin besar, makin beranjak dewasa, makin paham. Bahwa musuh sesungguhnya selain diri sendiri adalah kesepian.  "itu bukan kesepian, kamu aja yang ga punya kerjaan" "ga dibalas bentar langsung berasa kesepian, lemah" "makanya punya teman yang banyak" "cobalah sibukin waktu kamu biar ga lowong banget" Ha ha ha lihat saja nanti saat kamu terbangun jam 2 pagi dan tidak ada siapapun yang bisa kau hubungi. Gudlak.